Katawa-ketawa, Malapetaka (CERPEN)

Kisah Nyata

Katawa-ketawa, Malapetaka
           
Siang ini begitu terik karena panas yang dipancarkan oleh sang mentari. Aku membuka pintu rumah karena siang ini aku akan berangkat ke sekolah. “Hari ini terasa panas sekali, aku harus berangkat lebih awal karena kalau tidak hari akan semakin panas”. Ucapku, pada diriku sendiri. Kemudian aku masuk kembali ke dalam rumah untuk berpamitan kepada kedua orangtuaku. “Pah, Mah, aku berangkat sekolah dulu ya!”. Ucapku sambil mencium tangan kedua orangtuaku. “Iya, awas hati-hati di jalan“. Kata mamah. “Iya mah, aku berangkat. Assalamu’alaikum“. Pamitku. “Wa’alaikumsalam“. Jawab kedua orangtuaku.
            Sesampainya di sekolah, aku langsung memarkirkan kendaraan bermotorku di tempat parkir sekolah. Kulihat teman-temanku yang baru datang ada dua orang yaitu Rahma dan Ina. Mereka berdua tersenyum melihatku. Sebenarnya teman yang dekat denganku ada empat orang tapi yang datang baru dua orang. Temanku yang dua lagi belum datang karena mereka selalu datang siang, namanya Puji dan Kiki. Kemudian aku menghampiri Rahma dan  Ina.
“Kenapa masih disini, kita masuk yuk!!”. Ajakku kepada mereka. “Ayo kita masuk“. Jawab Rahma. Kemudian kami berjalan menuju kelas sambil berbincang-bincang di jalan. Sesampainya didepan kelas kami berpisah, aku dan Rahma masuk ke kelas kami sedangkan Ina masuk ke kelasnya yang bersebelahan dengan kelas kami.
            Aku dan Rahma masuk kedalam kelas. Didalam sudah ada beberapa temanku yang sudah datang. Aku simpan tas punggungku dibangku tempatku duduk lalu aku ambil buku Fisika dan aku langsung berjalan menghampiri Rahma yang duduk dibangku depan. “Ma, kamu Fisika sudah belum?”. Tanyaku pada Rahma. “Belum, baru sedikit, kamu sudah belum?”. Tanyanya padaku. “Cuma PG nya saja sedikit lagi“. Jawabku. Lalu kami mengerjakan tugas Fisika bersama. Tak lama kemudian temanku dua orang lagi datang, karena Kiki sekelas dengan Ina jadi dia masuk ke kelas yang bersebelahan dengan kelasku.
Ku perhatikan temanku yang satu ini terlihat murung, ‘ada apa dengannya?’ tanyaku dalam hati. “Puji kamu kenapa? Tidak seperti biasanya, apa ada masalah?“. Tanyaku padanya. “Iya kenapa?“. Tanya Rahma. “Aku lagi sebel sama seseorang“. Jawabnya dingin. “Memangnya kenapa?“. Tanya Rahma dan disertai anggukkan dariku. “Ada apa nih?“. Tanya Eni yang tiba-tiba datang menghampiri kami. “Gak tau tuh si Puji, katanya lagi sebel sama seseorang“. Jawabku. “Sama siapa?“. Tanya Eni. “Gak tau“. Jawab Rahma.
“Eni sini dulu deh, aku mau curhat nih!”. ajak puji pada Eni, dan Eni langsung menghampiri Puji. “Ada apa? Mau curhat apa sih?“. Tanya Eni. Kemudian mereka berdua pergi saling berbincang-bincang, sedangkan aku dan Rahma kembali melanjutkan aktivitas kami yang tadi sempat tertunda. Tak lama bel masukpun berbunyi. TING TONG TING TONG. Akupun berjalan ketempat dudukku dan memulai jam pelajaran pertama.
            Setalah jam pelajaran pertama selesai dan dilanjutkan dengan jam pelajaran kedua. Karena jam pelajaran kedua tidak ada gurunya, aku menghampiri tempat duduk Puji dan Rahma. “Hei, kenapa melamun“. Ucapku sambil menepuk punggung Puji. “Eh.., ada apa?”. Tanyanya kaget. “Tidak ada apa-apa Cuma mau ngobrol saja sama kamu dan Rahma“. Jawabku. “Oohh..!!”. jawabnya datar. Kemudian aku ngobrol dan bercanda dengan Rahma, karena Puji sedang tidak bisa di ajak ngobrol. Tiba-tiba Puji mengeluarkan suaranya “Kalian ini berisik sekali sih! Kalau ada guru datang lagi gimana?”. Bentaknya. Memang tadi sempat ada guru dari kelas sebelah yang datang kekelas kami, karena kelas kami begitu berisik sehingga mengganggu kelas sebelah yang sedang belajar. “Ah.., iya aku lupa“. Jawab Rahma. “Iya, aku juga lupa”. Jawabku. Bel jam pelajaran kedua berakhir dan dilanjutkan dengan jam pelajaran ketiga. Karena gurunya juga tidak ada kamipun masih tetap ngobrol dan bercanda sambil tertawa bersama, dan Puji juga ikut tertawa bersama kami. “Jangan terlalu banyak tertawa! Takutnya nanti terjadi apa-apa”. Kata Puji. “Iya, iya Emak”. Jawabku dan Rahma berbarengan sembil tertawa. “Huh.. dasar, dibilangin malah ngeledek”. Ucapnya sambil cemberut. “Hahahaha”. Aku dan Rhma tertawa.
            Tiga puluh menit kemudian bel istirahat berbunyi dan kami pergi kekantin untuk membeli  makanan dan minuman. Setalah membali makanan dan minuman kamipun kembali ke kelas. Waktu istirahat berakhir, lalu terdengar suara pengumuman dari arah speaker kelas. “Bagi siswa kelas sepuluh sekarang harap berkumpul dilapangan”. Ucap guru yang mengumumkannya. Kami semua bergegas pergi kelapangan dan berbaris. Tak berlangsung lama Bapak Kepala Sekolah datang dan menyampaikan pengumuman. “Hari ini tidak dilaksanakan upacara penurunan bendera dikarenakan cuaca yang tidak mendukung, jadi sekarang kalian semua boleh pulang”. Ucap Bapak Kepala Sekolah. “Asyiik..”. Teriak semua murid-murid bahagia.
“Akhirnya pulang juga”. Ucap teman sekelasku. “Iya, akhirnya pulang juga”. Jawab temanku yang satunya lagi. “Perasaan tadi siang panas deh, tapi kenapa sekarang jadi mendung”. Ucapku. “Iya benar”. Jawab Puji. Murid-murid pergi ke kelasnya masing-masing dan segara pulang. Ditengah perjalanan begitu banyak kendaraaan sehingga mengakibatkan macet. Ketika aku mau menurunkan kaki sebelah kananku, terasa sulit sekali untuk menurunkannya dari motor. Ternyata kakiku tersangkut tas yang aku simpan dibawah motor. Tiba-tiba saja motorku oleng dan terjatuh kesamping sehingga membuatku terbawa jatuh. Untung saja ada seorang ibu baik hati yang mau menolongku. “Hati-hati ya nak.”. Ucap ibu itu sambil tersenyum. “Iya, terimakasih bu”. Jawabku. “Iya sama-sama nak, lain kali tasnya jangan di simpan disini, berbahaya”. Ucap ibu tersebut. Setelah berdiri ku perhatikan disekelilingku oranga-orang termasuk teman-temanku sedang memperhatikanku. ‘Memalukan’. Ucapku dalam hati.
“Kamu gak apa-apakan?”. Tanya Rahma dan Ina. “Gak apa-apa kok”. Lalu kami mengendarai motor kembali. Tiba-tiba kulihat temanku yang tadinya sudah pergi jauh, kembali lagi menghampiriku. “Kamu gak apa-apakan Cha?”. Tanya Puji dengan wajah yang begitu khawatir. “Gak apa-apa, tenang saja gak usah khawatir”. Jawabku sambil tesenyum.
“Tadi kata si Putri kamu kecelakaan, yaudah aku dan Puji langsung kembali lagi kesini”. Ucap Kiki yang disertai anggukkan oleh Puji. “Hehehe.. Sudah gak apa-apa kok”. Jawabku sambil tertawa. “Aku bilang juga apa, jangan ketawa mulu jadinya ginikan, kamu dibilangin ngeyel sih!”. Ucapnya sambil membentak. Aku jadi ingat apa yang Puji katakan ketika di kelas “Jangan terlalu banyak tertawa! Takutnya nanti terjadi apa-apa”. Dan ternyata ucapan Puji benar. Aku jadi menyesal sempat meledek dia waktu dia sedang menasehatiku.
 “Hahaha.., iya iya iya cerewet”. Jawabku tertawa. “Hahaha.. dasar kamu ini”. Ucap Rahma tertawa, dan kamipun akhirnya tertawa bersama disamping jalan.

END

Created by:
ANNISA TRI YULIATIN



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Task 3 Bahasa Inggris Bisnis 2 Soal Toefl

Tugas contoh soal Bahasa Inggris Bisnis 2, Task 1 Conditional Sentence Type 1,2 and 3

Sejarah Perkembangan Desain Grafis